Aku berdiri dilapangan. Semua orang bermain. Semua orang berlari. Semua orang sibuk. Semua orang tidak memperhatikanku.
Sepi sendiri, ku bertanya pada sebuah angin. Apa arti hidup? Jika tidak ada yang memperhatikan?
Angin enggan menjawab. Katanya, "Jangan ganggu, aku ingin menyerbukan benang sari kepada ovarium putik".
Lalu ku tanya air.
Air juga enggan menjawab. Katanya, "Jangan ganggu, aku ingin menyuburkan padi yang kau makan".
Lalu ku tanya pohon.
Pohon juga enggan menjawab. Katanya, "Jangan ganggu, aku ingin membuat banyak oksigen yang kau hirup
Lalu ku tanya matahari.
Matahari juga enggan menjawab. Katanya, "Jangan ganggu, aku ingin menyinari bumi ini agar kau bisa melihat indahnya dunia".
Aku menyerah.
Terakhir, aku tanya telapak tanganku.
Ia tak menjawab. Hanya si telunjuk membengkok ke arah hatiku.
Ok, Aku tanya Hatiku.
Ia berbisik : Hidup itu memberi. Biarpun tak terlihat. Biarpun tak diperhatikan. Setidaknya, kau telah membuat sesuatu menjadi bermanfaat.
Sepi sendiri, ku bertanya pada sebuah angin. Apa arti hidup? Jika tidak ada yang memperhatikan?
Angin enggan menjawab. Katanya, "Jangan ganggu, aku ingin menyerbukan benang sari kepada ovarium putik".
Lalu ku tanya air.
Air juga enggan menjawab. Katanya, "Jangan ganggu, aku ingin menyuburkan padi yang kau makan".
Lalu ku tanya pohon.
Pohon juga enggan menjawab. Katanya, "Jangan ganggu, aku ingin membuat banyak oksigen yang kau hirup
Lalu ku tanya matahari.
Matahari juga enggan menjawab. Katanya, "Jangan ganggu, aku ingin menyinari bumi ini agar kau bisa melihat indahnya dunia".
Aku menyerah.
Terakhir, aku tanya telapak tanganku.
Ia tak menjawab. Hanya si telunjuk membengkok ke arah hatiku.
Ok, Aku tanya Hatiku.
Ia berbisik : Hidup itu memberi. Biarpun tak terlihat. Biarpun tak diperhatikan. Setidaknya, kau telah membuat sesuatu menjadi bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar