Jumat, 31 Oktober 2014

Aku dan Islam

Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis.
Aku bukan buddha, bukan protestan, bukan westernis.
Aku bukan komunis.
Aku bukan humanis.
Aku adalah semuanya.
Mudah-mudahan inilah yang disebut muslim.
Aku ingin orang menilai dan memandangku sebagai suatu kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat.
Memahami manusia sebagai manusia. (Catatan Harian 9 Oktober 1969)

-Ahmad Wahib.

Rabu, 29 Oktober 2014

'Kalau terbalik bagaimana?'

'Tadi keluarga yang dari Jalan Jawa, gak ada ya?'
'Iya juga ya.."

"Yah, keluarga Jalan Jawa tuh siapa?"
"Oh, itu keluarga Angku Natsir"
"Hm?"
"Itu loh keluarga M. Natsir. Dulu mereka tinggal di Jalan Jawa"
"Yang pahlawan itu?"
"Ya, dia paman dari Angku Danial Dahlan, ayahnya ayah"
"Wow..."
"Angku Danial itu pernah kerja di koran Masyumi sebagai jurnalis"
"Terus?"
"Angku juga pernah ditangkap bareng orang-orang Masyumi"
"Terus ayah gimana?"
"Ayah masih inget ayah nenteng-nenteng barang ke penjara, nemenin Opung"
"Jadi angku Danial tuh orang pergerakan banget ya?"
" Iya, Angku Danial bahkan pernah dipenjara bareng Buya Hamka, Tau kan? Nama Bunda* itu dikasih sama Buya Hamka. Nama ayah juga dikasih sama M.Natsir. Angku dulu gaulnya sama orang-orang begitu. Oh ya, kamu tau gak yang nangkep angku siapa?
"Hmmm, PKI?"
"Iya.. Mereka yang nangkep angku. Ada salah satu orang PKI yang deket Bluntas, rumah angku waktu itu. Pas G30S, rumahnya digeledah dan dibakar. Di dalam rumahnya udah disediain lubang-lubang untuk mengubur lawan politiknya kalau PKI menang. Nah, dalam daftar lawan politiknya tersebut, ada nama Angku Danial."
"Hah! Serius, yah?"
"Iya..."

"Terus kalau waktu itu PKI memang gimana?"
"Ya.... angku mati dan kehidupan ayah pasti susah"



*panggilan saya untuk adik perempuan ayah yang tertua


Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa, 21 Tahun. Belajar mengenai komunikasi dan media di sebuah perguruan tinggi.

Pengikut