Selasa, 14 Juni 2016

(Separuh) Kitab

Sebuah kotak terjatuh dari langit
Disinari cahaya keemasan
Dan dikuliti permata
Tertulis oleh takdir
Terhisab oleh nasib

Ia terjatuh perlahan bukan tanpa sebab
Ia sebab dari musabab
Sejak terciptanya udara hingga puncak sengsara

Bacalah.
Baca langit
Baca manusia
Baca zaman
Sungguhpun kau tak perlu paham betul aksara
Rupanya si empu gemar bermain metafora

Bertahun kemudian,
Kotak dicetak jadi kotak
Dimakan separuh
Ditanam separuh
Tak pernah lagi utuh
Dilumat, dilepeh, hingga berbentuk rupa-rupa
Jadi liat yang semua orang lupa bentuk asalnya

Dan si tamak lah yang bersedia memenuhinya
Sebab ia tahu tak ada yang benar-benar tahu
Menjadikannya seakan-akan utuh
Padahal rapuh
Mudah sekali runtuh


Rabu, 27 April 2016

Tukang Tipu

Di ruang tamu, di atas tikar bambu, aku termangu menatap layar TV. Tiba-tiba, eyangku menggerutu, 'Soeharto tukang tipu!'.

Aku (terlalu dini untuk) tahu.

Senin, 18 April 2016

Tak Berdaya

Ia menutup mata
Bibirnya berkomat-kamit
Ku terka itu adalah lantunan doa 
Atau mungkin segala pujian kepada Sang Kuasa

Aku tak lihat air matanya
Tapi perlukah berlinang bila sunyi mampu menerjemahkan?

Matanya linglung ketika ia merasakan getar gawainya
Sebuah pesan datang dari seorang terkasih di ujung sana,

Yang ku tahu ia benci setengah mati
Lantaran selalu jatuh dalam perangkap emosi
Yang ku tahu ia cinta setengah hidup
Lantaran pernah hinggap dalam satu tubuh

***

Seorang terkasih murka
Sebab cinta dan egonya dibagi untuk orang yang tak ia kenal
Hatinya mengumpat 
Tak lagi ia berikan cinta
Tak lagi ia percaya

Tapi, diam-diam seorang terkasih ketakutan
Bila ia minggat,
Semua yang ia punya ikut melayang.
Ia tak mampu lagi bergaya 
Di tempat-tempat yang orang kaya

Seorang terkasih hanya bisa berdiam, sedikit menangis
Sambil mengumpat kepadanya,
seorang yang tidur sebelah kamarku.

*** 

Di antara malam,
ku dengar desahnya.
sebab suaranya dimentahkan
oleh seorang terkasih yang ketakutan termakan egonya

Dan kekasihku tak mampu berkata. 
Ia takut seorang terkasih terluka


Yang ku tahu ia benci setengah mati
Lantaran selalu jatuh dalam perangkap emosi
Yang ku tahu ia cinta setengah hidup
Lantaran pernah hinggap dalam satu tubuh

***

Aku ikut tak berdaya.



Kamis, 14 April 2016

Rebah

Lidahku payah dalam menerka rasa. Logikaku tak jalan bila berurusan dengan jiwa. Bila kau sudah siap, berikan aku tanda. Atau sekedar aba-aba. Agar ku tak lagi tak tau arah.

Sabtu, 09 Januari 2016

Kombinasi Sempurna

Iri saja tidak cukup
Tambahkan dengan rasa dendam
Biar semua jadi terlunta

Lalu,
Bungkuslah dengan obsesi
Agar ia tak mudah mati

Jangan lupa,
Tempelah label kebajikan
Agar ia punya makna

Diam

Kami bicara dalam diam
Dalam sunyi di malam sepi
Dalam riuh di siang peluh

Kami bicara dalam diam
Dalam hening di kala hujan
Dalam bising di kala terik

Kami bicara dalam diam
Tanpa tatap
Tanpa suara
Tanpa gerik
Tanpa apa pun
Tanpa siapa pun

Hanya kau dan aku,
pupil yang awas,
dan para malaikat  di kanan-kiri.

Aku tak pernah menyesali keadaan ini
yang ku minta hanya kepastian tanpa pengharapan


Kalibata, 20 April 2011



Puisi atau sajak ini ku temukan dalam buku jurnalku ketika SMA. 


Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa, 21 Tahun. Belajar mengenai komunikasi dan media di sebuah perguruan tinggi.

Pengikut