Minggu, 20 Februari 2011

Hiruk Pikuk Udara

Alunan lagu telah dimulai
Tak terasa waktu kian malam, kian mendekati tengah malam
Siapun yang datang, tak kan sadar ada yang berubah.

Tangan-tangan itu selalu meraih udara,
Menggelitikan O2 yang dihirup,
Mengusap CO2 yang dihempas
Menggoda Nitrogen yang nakal.

Alunan lagu telah dimulai.
Tak terasa semua semakin sepi, ia pun sendiri.
Mengingat semua yang telah terjadi
Menyesali apa yang terlewat

Tangan-tangan itu selalu meraih udara
Menggapai udara yang enggan masuk ke alveolus
Mencari gas yang menjadi dingin

Alun lagu telah dimulai
Tak terasa semua pergi, tak ada yang tersisa
Tapi. . . . .
Hatinya damai
Ia berjanji ini adalah awal bukan akhir
Tapi janji ia ingkari
Janji ya janji

Tangan-tangan itu selalu meraih udara
Meberikan jari tengah ke udara yang tak mau berkompromi
Mencoba melupakan udara yang menghianati

A
ku pergi ke suatu keadaan dimana aku jauh dari hiruk pikuk media, menjadi terasing dan sendiri. Gelisah dalam hati, Jenuh dalam pikir. Hanya di sepi ku bisa berdamai.


Karya:
Antara Pertama dan Terakhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa, 21 Tahun. Belajar mengenai komunikasi dan media di sebuah perguruan tinggi.

Pengikut