Sabtu, 05 Desember 2015

Memotong Jalan

Langit mendung. Aku memintanya untuk mengantarkan ku sampai dekat rumah. Ia setuju asalkan aku mau mencari helm pinjaman. Aku berhasil minjam dari teman yang nge-kos di belakang sekolah.

Angin berbisik. Kami pulang ke arah rumah kami yang berbeda tapi searah. Aku takut sebenarnya. Ini pertama kali aku naik motor besar dengan menggunakan rok. Tapi, ia berhasil membuatku tenang karena kemampuannya dalam mengendarai kendaraan motor tak usah diragukan.

Petir bergemuruh. Kami memotong jalan. Ia memilih untuk melewati kompleks perumahan tentara. Sudah jelas bahwa tempat itu bukan jalanan umum yang bisa seenaknya dilewati sipil. Ia mintaku untuk membuka helmku.

Rintik hujan menyertai. Aku menikmati pemandangan komplek. Pohon, danau, dan rumput yang basah. Belum lagi, pemandangan rumah tua yang masih terawat. Ia mengetahui dengan baik jalan di dalam komplek itu. Namun, ia ingin menunjukan sesuatu kepadaku. Sabarlah, katanya. Ia  mengantarkanku pada sebuah mess dengan lapangan yang luas dengan plang tulisan Brajamusti. Ia tertawa bangga, menunjukkan kegagahannya. Aku tersenyum, tanda hormat.

Hujan berhenti. Kami kembali pulang. Aku tahu sejak itu, kami hanya akan jadi kawan baik yang dekat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa, 21 Tahun. Belajar mengenai komunikasi dan media di sebuah perguruan tinggi.

Pengikut