Bibirnya berkomat-kamit
Ku terka itu adalah lantunan doa
Atau mungkin segala pujian kepada Sang Kuasa
Aku tak lihat air matanya
Tapi perlukah berlinang bila sunyi mampu menerjemahkan?
Matanya linglung ketika ia merasakan getar gawainya
Sebuah pesan datang dari seorang terkasih di ujung sana,
Yang ku tahu ia benci setengah mati
Lantaran selalu jatuh dalam perangkap emosi
Yang ku tahu ia cinta setengah hidup
Lantaran pernah hinggap dalam satu tubuh
***
Seorang terkasih murka
Sebab cinta dan egonya dibagi untuk orang yang tak ia kenal
Hatinya mengumpat
Tak lagi ia berikan cinta
Tak lagi ia percaya
Tapi, diam-diam seorang terkasih ketakutan
Bila ia minggat,
Semua yang ia punya ikut melayang.
Ia tak mampu lagi bergaya
Di tempat-tempat yang orang kaya
Seorang terkasih hanya bisa berdiam, sedikit menangis
Sambil mengumpat kepadanya,
seorang yang tidur sebelah kamarku.
***
Di antara malam,
ku dengar desahnya.
sebab suaranya dimentahkan
oleh seorang terkasih yang ketakutan termakan egonya
Dan kekasihku tak mampu berkata.
Ia takut seorang terkasih terluka
Yang ku tahu ia benci setengah mati
Lantaran selalu jatuh dalam perangkap emosi
Yang ku tahu ia cinta setengah hidup
Lantaran pernah hinggap dalam satu tubuh
***
Aku ikut tak berdaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar