SD Bekasi
Memori yang ku ingat tiap hujan adalah ketika aku membereskan peralatan colorguard yang terkena air hujan dari atap yang bocor. Atau setelah hujan selesai, kami, anggota Drum Band GSA, memesan bakso kampung yang harganya 3000 rupiah. Atau ketika hujan lebat dan akhirnya tempat latihan kami banjir dan kami terpaksa memberhentikan latihan kami.
SD Jakarta
Adegan yang selalu ku ingat adalah hujan ketika kami ingin melakukan kegiatan pramuka di lapangan dengan sekolah. Hujan sangat lebat dan akhirnya tanah menjadi gembur. Sepatu ku penuh dengan tanah. Atau ketika aku harus pulang jalan kaki karena jemputanku mogok akibat banjir di komplek Antilop.
SMP Jakarta
Waktu itu saya, Komang, dan Alida sehabis mengikuti perlombaan Sains atau Matematika (aku lupa). Hujan turun begitu deras dan kami terjebak tidak bisa pulang. Kami naik ke lantai dua/tiga. Bermain dengan tampias, sambil duduk-duduk melihat hujan.
SMA Jakarta
Waktu ku di 8, jarang ada hujan, jujur. Mungkin aku satu-satunya angkatan yang beberapa tahun terakhir ini yang tidak merasakan banjir besar di 8. Tapi, aku tetap memiliki gambaran hujan ku bersama teman-teman SMA ku. Ketika aku mendaki Pangrango di bulan Desember. Hujan lebat. Aku kedinginan. Tapi tidak ada yang membuat ku kagum kecuali ketika melihat pohon-pohon indah di antara Kandang Badak dan Madalawangi. Setelah kedinginan dan mamakai kaos kaki yang lembab, aku melihat kabut yang menyelimuti Mandalawangi.
Universitas Depok
Adegan yang selalu kuingat ketika kuliah adalah ketika aku melihat hujan dari lantai dua Gedung G FISIP pukul 14.00 ketika pelajaran Mata Kuliah Agama Islam.