Minggu, 13 September 2015

Si Alan

Alan memeluku. Aku pun merunduk dan tak sengaja mencium rambutnya. Seperti biasa, bau keringat bercampur bau tengik tertepa matahari. Pantas saja. Ia masih mengenakan baju olahraga birunya yang dekil terkena kotoran. Ia menangis. Mungkin juga tidak. Mungkin matanya hanya sembab. Ia menatapku dengan senyuman jahilnya yang merasa bahwa ia bocah tertampan seantero jagat. Kemudian aku tak bisa melihat senyumnya lagi karena ia sibuk memaikan abu dan pasir di tanah. Tak lama, ia juga memutar-mutar tanganku dan berkata, “Jangan pergi kak”.  Aku membisu. Aku terbangun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa, 21 Tahun. Belajar mengenai komunikasi dan media di sebuah perguruan tinggi.

Pengikut