Ketiga orang diatas adalah pria yang wafat pada usia muda. Dari kiri ke kanan adalah Soe Hok Gie (27 tahun), Bruce Lee (32 tahun), dan Chairil Anwar(27 tahun). Sebenarnya masih banyak lagi pria atau wanita yang mati muda. Namun hanya sedikit sekali yang berkesan dan ketiga orang ini memberikan kesan bagi saya karena mereka tumbuh dalam ketimpangan dan mati dalam kenangan.
Entah mengapa mati dalam usia muda lebih memiliki kesan yang lebih mendalam bagi saya. Gie yang menentang pemerintahan Orde Lama, Bruce Lee yang memperkenalkan keduayaan Cina melalui KungFu dan film ketika nuansa perbedaan ras masih terasa di Amerika Serikat dan Charil Anwar yang membawa gaya bahasa baru untuk Kesusastraan Indonesia, yakni bahasa tanpa aturan. Mereka menjadi legenda pada angkatannya.
Sebuah pertanyaan timbul dalam hati saya, mengapa mereka harus mati muda? Kalau saja dia mati tua siapa tau mereka dapat merubah dunia lebih baik. Saya pikir..... dan saya kira saya dapat jawabannya:
Mereka mati karena mereka telah berhasil melaksanakan "tugas"nya di dunia. Lalu Tuhan jadikan mereka mati muda, karena idealisme mereka belum luntur oleh usia dan pengalaman. Kemudian mereka jadi legenda dan menginspirasi bagi pemuda untuk bilang, "Pas umur mereka segitu aja mereka udah bisa gitu. Kenapa gue nggak". Jika mereka hidup lebih lama, belum tentu mereka jadi legenda karena kesalahan-kesalahan mereka akan lebih banyak lagi tentunya.
Jadi, kalau ingin diingat lebih lama dan menjadi legenda, haruskah mati muda? haruskah selalu jauh dari realita?