Selasa, 22 Maret 2011

2face

Lele Crackers

,
Seperti biasa saya suka aneh-aneh kalau melihat makanan sisa di meja makan. Saya disuruh menghabiskan satu porsi ikan Lele sehabis makan malam, karena itu inggal satu-satunya Lele, sayang kalau tidak dimakan. Ya adanya saya belenger. Akhirnya saya kreasikan, Crackers diberi toping berupa mayonais dengan potongan ikan lele dan sambal goreng (minyak, bawang merah, cabe keriting, dan tomat). Rasanya? Alhamdulillah, enak dan gak bikin keracunan.

Jepang Tangguh

Salut.

Inilah kata yang paling tepat menggambarkan perasaan saya kepada bangsa Jepang. Saya menyukai budaya bangsa ini, bukan kulinernya atau tariannya atau baju-bajunya atau budaya kultural lainnya. Tapi budaya nasionalis dan ketekunannya yang telah mendarah daging.

Sebelum liburan selama kelas XII menjalani UAS saya belajar mengenai penjajahan Jepang di Indonesia. Hal yang menyebabkan Jepang dapat bersaing dengan negara-negara barat adalah Restorasi Meiji pada tahun 1854. Sebelum tahun ini, Jepang dalam keadaan tertutup bagi dunia luar. Sehingga sangat terpuruk. Lalu dalam waktu kurang dari 100 tahun mereka sudah dapat ikut serta dalam Perang Dunia Kedua. Sedangkan Amerika Serikat saja sudah berumur 153 tahun (1789-1942). Jepang adalah negara pertama yang membuktikan bahwa bangsa kulit berwarna dapat mengalahkan kulit putih dengan mengalahkan Rusia, (saya lupa tahunnya).

Walaupun dalam sekejap Jepang runtuh dalam bom atom yang meluluhlantahkan negeri tersebut. Jepang mampu bangkit dalam kurun waktu kurang dari 70 tahun untuk menyetarakan derajat dengan bangsa barat, sehingga perekonomian jepang sangat diperhitungkan dunia.

***

Beberapa hari yang lalu, Jepang kembali jatuh, kembali diuji, dengan Tsunami dan bocornya reaktor nuklir. Bukan Jepang namanya kalau tidak sigap dan cepat bangkit. Saya menonton berita kemarin, Bangsa Jepang tetap melakukan budayanya seperti biasa tekun, tenang, dan nasionalis. Walaupun perekonomian Jepang jatuh yang berdampak pada perekonomian dunia tetap saja Pemerintah Jepang lebih mengutamakan evakuasi warganya, tempat penampungannya pun terlihat nyaman. Disamping itu para sukarelawaan pun tetap tekun mencari korban-korban yang tertimbun dan dengan rasa tanang para korban yang selamat tetap antre ketika dievakuasi. Saya yakin dengan Jepang, sebentar lagi mereka akan bangkit.

***

Saya diberitahu oleh guru-guru saya baik ketika saya SD maupun SMA (pelajaran sejarah selalu diulang). Jepang dapat menyesuaikan derajat dengan bangsa barat setelah Restorasi Meiji karena Jepang mengutamakan bidang pendidikan, industri dan militer. Industri dan militer hanya meniru bangsa bangsa barat. Kebijakan dalam pendidikanlah yang unik menurut saya. Mereka tidak mengusahakan bangsanya untuk belajar bahasa ingris atau bahasa barat lainnya. Mereka hanya menerjemahkan buku-buku bangsa barat, sehingga mereka dapat belajar tanpa harus susah-susah memepelajari bahasa baru. Oleh karena itu, kita sekarang tahu mengapa bangsa Jepang jarang yang bisa berbahasa Inggris. Karena bukan tradisi mereka memepelajari bahasa asing. Mereka sangat nasionalis, sehingga karena bangsa mereka terlalu hebat namun kurang bisa berbahasa Inggris, kita justru harus mempelajari bahasa mereka agar dapat bisa bekerjasama.

Lalu, bagaimana dengan setelah bom atom? Ya, Orang-orang yang dicari kaisar pertama kali adalah guru-guru yang selamat. Apa gunanya? Agar kelak anak-anak yang selamat dapat belajar dan dapat berkembang lagi ke arah yang lebih baik.

***

Menurut saya kebijakan-kebijakan jepang sangat tidak populer, tapi berdampak positif. Bandingkan dengan Indonesia, jika terkena musibah yang pertama kali diingat adalah bagaimana dengan pendapatan dari devisa? Apakah turis mancanegara akan tetap berkunjung? seharusnya kita belajar dari Pemerintah dan Bangsa Jepang, jangan meributkan untung dan rugi, tapi selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya dan kemajuan bangsa. Jangka jauh dalam berfikir tidak yang singkat-singkat.

***

Lalu kapan Indonesia bisa begitu? Ubah dulu budaya malas, budaya mudah menyerah dan ubahlah cita-citanya, Jangan "Nanti gue mau kuliah di luar negeri trus kerja disana, di New York!" , Ubahlah menjadi "Gue ingin menciptakan kota-kota besar kayak New York, Paris buatan gue Indonesia!".

Juwita

Ini adalah Juwita. Salah satu anak penghuni panti asuhan di daerah Galaxy, Bekasi. Kelas 2 SD seharusnya kelas 4 SD. Entah kenapa ia tak pernah tersenyum dan hanya berbicara singkat kepada saya. Saya dan Dhimas PB langsung tertarik ketika pertama kali melihatnya.
Bagaimana dengan anda?

(foto diambil ketika baksos di panti asuhan di daerah Galaxy, Bekasi)

Senin, 21 Maret 2011

Sia - You've Changed

I found this video when I went to Jakarta from Pekalongan by train. First, I didn't notice this video. Because the previous videos are tacky, so I was surprise when I see it. I like the emoticons at end. This video kinda 80's or something but cool. Be yourself is the message of this video I thought. Enjoy :

Minggu, 20 Maret 2011

Aku Ingin kayak Jendral Kancil!

Ini adalah sinetron mingguan kesukaan saya ketika saya sekolah dasar dulu. Ya Ratu malu & Jendral Kancil, saya menemukan video ini di Youtube, jadi sedikit nostalgia :






Nikita Willy, pemain utama wanitanya, masih lucu imut. Pingin saya gendong. Eh sekarang udah kayak tante saya sendiri, padahal juga seumuran.

Dahulu inilah gambaran saya ketika Sekolah Dasar. Kalau dilihat dari postingan saya sebelumnya, saya membayangkan SMA seperti AADC, kalau SD seperti Jendral Kancil dan Petualngan Sherina. Pokoknya kehidupan SD saya harus seperti film dan sinetron itu, pikir saya dulu.

Saya kangen sinetron anak-anak. Sekarang hanya sinetron orang dewasa yang tak habis-habis, dan diulang-ulang, kalo tidak masuk rumah sakit, dipenjara, nikah, nikah lagi, nikah terlarang, nikah dengan saudara sekandung, dituker, diculik dan sebagainya. Tidak ada lagi sinetron yang membuat saya mengandai bagaimana kehidupan suatu lembaga pendidikan. Ya. Anak jaman sekarang tak kan bisa membayangkan bagaimana rasanya punya genk, atau diary yang ditulis bareng-bareng, atau memakai atribut genk yang sewarna atau main dirumah temen ngomongin hal-hal orang dewasa, atau naik sepeda keliling kompleks, atau hanya membicarakan sinetron Jendral Kancil kemaren malamnya.

Ya saya kangen terkadang, ingin sesorang bernyanyi Aku Ingin Kayak Jendral Kancil!

Jadi, tidak akan berlebihan jika beberapa tahun lagi kita melihat anak SD sudah ke dokter muka untuk meniru muka kenyalnya Nikita Willy hahaha. Bukannya Aku Ingin kayak Jendral Kancil, malah Aku Ingin kayak Nikita Willy hahahaah. (peace out)

Minggu, 13 Maret 2011

Nilai dan Pengikut

Sedikit Intermezo bahwa mata saya bertambah minus-nya karena kebanyakan menangis.

***

Entah kenapa saya menyadari bahwa, Indonesia itu negeri nilai. Semua diukur oleh nilai. Baik nilai dalam angka maupun nilai sosial. Nilai yang sangat kaku. Nilai sosial? Dalam pelajaran Sosiologi ada yang nilai sosial, artinya : Nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat (sumber : Wikipedia).

Mengapa saya berkata bahwa Indonesia adalah negeri nilai?

Karena setiap tindakan yang dilakukan kebanyakan orang Indonesia selalu diperhitungkan. Pantas atau tidak? Benar atau tidak? Populer atau tidak? Untung atau tidak? Mendapatkan nilai tinggi atau tidak? Hal tersebut membuat kita terlalu takut untuk berhadapan dengan kalah dan risiko. Dan kita terbiasa untuk berpikit singkat tanpa memikirkan dampak dari "nilai-nilai" tersebut.

Misalnya:

Poin 1. Seorang yang bertanya pada gurunya, apakah tugas yang ia kerjakan mendapat nilai? Lalu masuk ke rapot, lalu masuk ke Ijazah, lalu bisa meluluskan anak ini suatu saat?

Poin 2. Seorang yang mengendari fixie karena teman-temannya memakainya. Kenapa ia tidak memakai sepeda kumbang, yang menurut saya lebih nyaman?

Poin 3. Seorang yang menjadi vegetarian karena si artis A juga vegetarian.

Point 4. Sebuah Orde yang menjadikan Indonesia swasembada pangan, namun berpuluh tahun kemudian menjadikan negara ini krisis pangan?

Poin 5. Para bangsawan awal penjajahan Indonesia mau bekerjasama dengan Belanda karena Belanda dianggap hebat dan bisa membantu mereka mendapat kekuasaan dari kerajaan lain di Indonesia.

Nilai-nilai ini membuat Indonesia melahirkan budaya baru (egois, poin 1,4, dan 5) dan memperkuat budaya lama (pengikut poin 2 dan 3).

Ya. Poin 4 saya baru membacanya hari ini di koran Kompas hal 23. Mengapa Indonesia krisis pangan? karena orang Indonesia terlalu bergantung pada nasi. Pada masa swasembada pangan, semua makanan berkarbohidrat diganti dengan nasi. Nasi, nasi dan nasi. Hingga sampai sekarang semua orang makannya nasi. Penduduk bertambah dan konsumsi pun meningkat. Sehingga terjadilah krisis pangan. Pada zaman itu "mungkin" sangatlah hebat jika melakukan swasembada pangan. Dianggap keren. Apalagi jika diawal pemerintahan Orde Baru yang baru saja diganti. Tapi dampaknya? Disinilah nilai sosial mengambil peran.

***

Bangsa ini seperti kehilangan jati diri, melihat yang pantas dan populer selalu diikuti, agar dapat dianggap oleh seluruh elemen dunia. Padahal jika kita bisa berpikir out of the box dan menjadi trendsetter, bukan kah kita yang di perhatian dan akhirnya dijadikan acuan? Berani berbeda, berfikir untuk kepentingan semua, dan untuk kebaikan dari hati nurani, itu kuncinya.

***

Pak Priyo, guru Sosiologi saya : Nilai itu penting, agar manusia selalu berusaha untuk mencapai nilai-nilai yang berada di masyarakat.

Saya setuju, cuma ya zaman berubah, masa acuan nilainya gak berubah?

Jumat, 11 Maret 2011

Is it late?

Ok, I make confession that I like Radiohead. It is because I listened of traxfm and they played Lotus Flower and said that the video was brilliant. YESS!!! I'm totally agree! I like the singer, yup, his eyes doesn't perfect. But, his imperfect make me so interest to him.


This is the video :








Rabu, 02 Maret 2011

Zona Aman bin Nyaman

Beberapa hari ini kelas saya sering nonton film, Daun di Atas Bantal, Perempuan Punya Cerita, Takut, 127 Hours, Paranormal Activity dan sebagainya. Namun, yang menarik perhatian saya adalah Daun di Atas Bantal dan Perempuan Punya Cerita.

Mengapa menarik?

Karena di kedua film tersebut terdapat cerita yang sangat jujur dan mengenalkan dunia yang sama sekali berbeda dengan saya. Pada film Daun di Atas Bantal menceritakan bagaimana seorang wanita membesarkan tiga anak jalanan yang liar. Ya, ada beberapa adegan dalam film itu yang belum pernah liat secara langsung seperti menghirup lem aika aibon, septitank (saya tidak tahu ejaannya), pembunuhan dan sebagainya. Sedangkan di Perempuan Punya Cerita saya belum pernah mendengar cerita wanita yang hamil akibat "digilir" oleh teman-teman prianya atau wanita yang kehilangan anaknya akibat dibawa pergi oleh kerabatnya demi popularitas di Jakarta, akhirnya anaknya dinikahkan dengan saudagar kaya.

***
Beberapa hari ini juga saya melihat berita di media tentang pergolakan revolusi di Mesir atau Libya dan negara Timur Tengah. Saya juga masih mendengar

***

Ya. Berbeda sekali dengan dunia yang saya alami. Bangun, mandi, sekolah, pulang, bermain. Bangun lagi dan melakukan hal yang sama lagi. Seharusnya saya bersyukur, ya saya bersyukur. Tapi terdapat rasa yang tidak pas dalam diri saya. Analoginya :

Saya seperti berada dalam suatu ruangan pesta tertutup yang memiliki sedikit ventilasi. Ketika saya mengintip ke jendela karena saya jenuh, saya melihat pemandangan yang sangat berbeda dengan yang saya alami. Kekacauan dimana-mana, tindakan asusila, kerusuhan, dan sebagainya. Suatu saat saya akan keluar juga untuk pulang, siap tidak siap.

***

Perasaan yang saya alami sekarang seperti Frodo Bagins dalam The Lord Of The Rings atau Kaum Viking di Norwegia: merasakan tempat yang aman hanya tempat kita berpijak, selebihnya adalah daerah kelabu. Lalu, adakah kita kembali bersama mereka adakah nurani untuk menolong mereka. Kita terbuai oleh segala bentuk konsumerisme, sehingga kita selalu berada dalam posisi aman dan nyaman. Sehingga jika stabilitas kita terusik, jangan salahkan jika membalasnya.

Suatu hari nanti saya akan turun ke jalan robohkan setan yang berdiri mengangkang (-Iwan fals). Saya akan keluar dari zona aman bin nyaman untuk melihat dunia nyata dan menjadikan mereka tinggal bersama kami di zona aman.

Yes! I Want It!

I just shuffle my iPod. I find this song : Grow Old With You by Adam Sandler. This is the video :




Actually, I got jealous with Drew Barrymore, when Adam Sandler sang this song for her. Yeah, what a sweet song. This song was a soundtrack from Wedding Singer movie. I haven't watched the movie yet. Because my cd got broken. So, I just can enjoy the soundtrack in Youtube like Forgetful Lucy or Somebody Kill Me Please.

Someday, when I grow up and will get merry with someone else, I wish he will sing this song on my wedding party or on when he make statement that he want to marry me.

Just hopping :)

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswa, 21 Tahun. Belajar mengenai komunikasi dan media di sebuah perguruan tinggi.

Pengikut